CONTOH
PROPOSAL
PENELITIAN
KUALITATIF
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan
dalam bidang pembangunan yang berkaitan dengan bagaimana desa menjadi acuan
penting dami meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada masa sekarang lebih
lanjut di masa modernisai saat ini. Suatu pembangunan desa saat ini tentunya
sudah menjadi sorotan utama yang patut untuk diperhatikan delam mengembangkan
potensi yang ada di sebuah negara berkembang khususnya Indonesia. Hal ini juga
tidak kalah pentingnya terhadap bagaimana persoalan petani yang hingga kini
masih menjadi masalah utama dalam proses pertaniannya, sehingga petani sendiri
masih belum mendapatkan kesempatan untuk merubah hidup mereka ke arah yang
lebih baik.
Dalam Poju
Suharso (2002:8) konsep modernisasi pertanian untuk menyebutkan fenomena
komersial dan monetisasi di bidang pertanian sebenarnya telah dikenal cukup
lama. Secara historis fenomena modernisasi ini telah berkembang sejak zaman pro
kolonial hingga berlanjut pada masa kolonial. Namun, fenomena modernisasi
pertanian ini di Indonesia menemukan artikulasinya secara meluas sejak awal
tahun 1970-an, tapat ketika negeri ini mengintroduksi ‘revolusi hijau’ dan
penetrasi teknologi baru di bidang pertanian (Nasikum, dkk. 1989). Maka dari
itu, pembaharuan yang terjadi terutama dalam bidang teknologi serta bagaimana
cara pemasaran yang akan menentukan terhadap keberhasilan serta kesejahteraan
masyarakat petani pada umumnya dengan kata lain untuk mendukung perkembangan
masyarakat pedesaan.
Seiring
perkambangan zaman serta pengetahuan manusia yang semakin luas maka dengan hal
itu pula hadir berbagai macam cara untuk membangun perkembangan di bidang
pertanian hal itu juga tidak lepas dari perkembangan teknlogi dan pengetahuan
para petani terhadap teknologi itu sendiri. Akan tetapi seiring dengan
perkembangan tersebut, pertanian serta masalah yang dihadapi para petani
sekarang sangatlah beragam mulai dari bagaimana cara bertani yang baik,
mendapatkan modal, samopai pada proses pemasaran yang masih belum mendapat sentuhan
dari pemerintah tentang bagaimana tata cara dalam proses pemasaran yang baik.
Hal ini juga dapat kita lihat di berbagai daerah yang masih belum mengerti
dengan teknologi serta minimnya relasi antar warga di desa tersebut dengan
beberapa instansi yang terkait dengan pertanian serta proses pemasarannya.
Berdasarkan observasi dilapangan, bagaimana masyarakat atau para pentani kecematan Senduro menyatakan bahwa mereka mulai menemukan cara tersendiri dalam memasarkan hasil pertaniannya terutama komuditas buah yang sekarang menjadi sangan fenomenal sekali adalah buah pisang “Mas Kirana”. Masyarakat Lumajang terutama di Desa Kandang Tepus kecamatan Senduro memiliki komuditas tanaman buah yang menggelobal dan menjadi ikon di kabupaten tersebut. Hal itu terjadi karena hadirnya buah pisang yang sangat menggugah selera tentang rasa dan aromanya. Dimana fenomena tersebut tidak hanya menjadi wacana publik di daerah Lumajang saja akan tetapi kehadiran buah primadone tersebut sudah menjadi wacana sampai diluar negeri. Namun tidak akan menjadi suatu wacana besar ketika kehadiran komuditas buat tersebut hanya menjadi bahan makanan sehari-hari para petani. Lepas dari petani subsisten yang di anut oleh kebanyakan daerah di Indonesia tentunya harus melakukan inovasi agar pisang yang di hasilkan dapat dikenal oleh kalangan luas baik nasional maupun internasional.
Berdasarkan observasi dilapangan, bagaimana masyarakat atau para pentani kecematan Senduro menyatakan bahwa mereka mulai menemukan cara tersendiri dalam memasarkan hasil pertaniannya terutama komuditas buah yang sekarang menjadi sangan fenomenal sekali adalah buah pisang “Mas Kirana”. Masyarakat Lumajang terutama di Desa Kandang Tepus kecamatan Senduro memiliki komuditas tanaman buah yang menggelobal dan menjadi ikon di kabupaten tersebut. Hal itu terjadi karena hadirnya buah pisang yang sangat menggugah selera tentang rasa dan aromanya. Dimana fenomena tersebut tidak hanya menjadi wacana publik di daerah Lumajang saja akan tetapi kehadiran buah primadone tersebut sudah menjadi wacana sampai diluar negeri. Namun tidak akan menjadi suatu wacana besar ketika kehadiran komuditas buat tersebut hanya menjadi bahan makanan sehari-hari para petani. Lepas dari petani subsisten yang di anut oleh kebanyakan daerah di Indonesia tentunya harus melakukan inovasi agar pisang yang di hasilkan dapat dikenal oleh kalangan luas baik nasional maupun internasional.
Dengan kata
lain keadaan tersebut memunculkan suatu keinginan untuk mempromosikan hasil
dari pertania tersebut dan tentunya memerlukan jaringan ekonomi untuk menupang
hal tersebut sehingga dapat laku di pasaran dan dikenal banyak orang. Menarik
untuk menjadi bahan pembicaraan ketika proses pemasaran serta jaringan ekonomi
para petani sampai menjadi mengglobal. Sehingga terdapat tiga hal yang menjadi
kata kunci, Petani pisang dan Jaringan ekonomi, Teknologi informasi, dan pasar.
Hal diatas yang melatar belakangi penulis untuk mengangkat judul penelitian: “Jaringan Petani Dalam Proses Pemasaran Pisang Mas Kirana (Studi Kasus Kelompok Tani dan Para Petani Pisang di Desa Kandang Tepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang)
1.2 Rumusan masalah
Hal diatas yang melatar belakangi penulis untuk mengangkat judul penelitian: “Jaringan Petani Dalam Proses Pemasaran Pisang Mas Kirana (Studi Kasus Kelompok Tani dan Para Petani Pisang di Desa Kandang Tepus Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang)
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka
penulis menguraikan rumusan masalah dibawah ini:
1. Bagaimana cara petani dalam memasarkan hasil pertaniaanya?
2. Bagaimana peran kelompok tani dalam proses pemasaran?
3. Bagaimana pandangan petani tentang pasang surutnya harga pasar?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Bagaimana cara petani dalam memasarkan hasil pertaniaanya?
2. Bagaimana peran kelompok tani dalam proses pemasaran?
3. Bagaimana pandangan petani tentang pasang surutnya harga pasar?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
peneliti ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui cara petani dalam memasarkan hasil pertaniannya
2. Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam proses pemasaran
3. Untuk mengetahui pandangan tentang petani pasang surutnya harga pasar
1.4 Manfaat penelitian
1. Untuk mengetahui cara petani dalam memasarkan hasil pertaniannya
2. Untuk mengetahui peran kelompok tani dalam proses pemasaran
3. Untuk mengetahui pandangan tentang petani pasang surutnya harga pasar
1.4 Manfaat penelitian
Adapun
manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian yang penulis lakukan adalah
sebagai berikut:
1. Manfaat
Akademis
- Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat terhadap perkembangan teori sosiologi.
- Diharapkan dapat memperkaya kepustakaan tentang Jaringan Petani Dalam Proses Pemasaran pisang mas pada suatu daerah tertentu, dan dapat menjadi perbandingan dengan daerah lain.
2. Manffat
Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
- Diharapkan dengan adanya penelitian tentand Jaringan Petani Dalam Proses Pemasaran Pisang Mas Kirana yang dilakukan di Kecamatan Senduro Kabupaten Lumajang, maka hasil penelitian ini depat memberi sumbangsih kepada para petani kurang mampu dan kurang mengetahui tentang proses pemasaran pertanian agar mampu mengatasi masalah kemiskinan pada umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pertanian
A.T Mosher
(1968:19) mengartikan, pertanian adalah sejenis proses produksi khas yang
didasarkan atas proses pertumbuhan tanaman dan hewan. Kegiatan-kegiatan
produksi didalam setiap usaha tani merupakan suatu bagian usaha, dimana biaya
dan penerimaan adalah penting. Tumbuhan merupakan pabrik pertanian yang primer.
Ia mengambil gas karbondioksida dari udara melalui daunnya. Diambilnya air dan
hara kimia dari dalam tanah melalui akarnya. Dari bahan-bahan ini, dengan
menggunakan sinar matahari, ia membuat biji, buah, serat dan minyak yang dapat
digunakan oleh manusia. Pertumbuhan tumbuhan dan hewan liar berlangsung di alam
tanpa campur tangan manusia. Beribu-ribu macam tumbuhan di berbagai bagian
dunia telah mengalami evolusi sepanjang masa sebagai reaksi terhadap adanya
perbedaan dalam penyinaran matahari, suhu, jumlah air atau kelembaban yang
tersedia serta sifat tanah. Tiap jenis tumbuhan menghendaki syarat-syarat
tersendiri terutama tumbuhnya pada musim tertentu. Tumbuhan yang tumbuh di
suatu daerah menentukan jenis-jenis hewan apakah yang hidup di daerah tersebut,
karena beberapa di antara hewan itu memakan tumbuhan yang terdapat di daerah
tersebut, sedangkan lainnya memakan hewan lain. Sebagai akibatnya terdapatlah
kombinasi tumbuhan dan hewan di berbagai dunia.
Pertanian
terbagi ke dalam pertanian dalam arti luas dan pertanian dalam arti sempit
(Mubyarto, 1989:16-17).
Pertanian dalam arti luas mencakup:
1. Pertanian rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.
2. Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau perkebunan besar).
3. Kehutanan.
4. Peternakan.
5. Perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut).
1. Pertanian rakyat atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit.
2. Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat atau perkebunan besar).
3. Kehutanan.
4. Peternakan.
5. Perikanan (dalam perikanan dikenal pembagian lebih lanjut yaitu perikanan darat dan perikanan laut).
Sebagaimana
telah disebutkan di atas, dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai
pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga di mana diproduksinya bahan
makanan utama seperti beras, palawija (jagung, kacang-kacangan dan ubi-ubian)
dan tanaman-tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan. Pertanian
rakyat yang merupakan usaha tani adalah sebagai istilah lawan dari perkataan
“farm” dalam Bahasa Inggris. Pertanian akan selalu memerlukan bidang permukaan
bumi yang luas yang terbuka terhadap sorotan sinar matahari. Pertanian rakyat
diusahakan di tanah-tanah sawah, ladang dan pekarangan. Di dalam pertanian
rakyat hampir tidak ada usaha tani yang memproduksi hanya satu macam hasil
saja. Dalam satu tahun petani dapat memutuskan untuk menanam tanaman bahan
makanan atau tanaman perdagangan.
Alasan petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan atas kebutuhan makan untuk seluruh keluarga petani, sedangkan alasan menanam tanaman perdagangan didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut dan harapan harga.
2.2 Kajian Kelompok
Dalam pertanian tentunta banya peran dari berbagai institusi baik perorangan ataupun kelompok yang nantinya akan memberikan dampak positif bagi para petani serta menjadikan relasi para petani dengan kelompok-kelompok petani yang lain terjalin dengan sebaik mungkin. Akan tetapi ada berbagai sudut pandang menganai kelompok itu sendiri, dalam bukunya Abu Huraerah dan Purwanto (2006:3) menjelaskan bahwa terdapat banyak pandangan dan pendekatan mengenai pengertian kelompok itu sendiri dalam mengkonsepsikannya. Kemudian para ahli membahas dari sisi yang berbeda dari pengertian kelompok itu dengan berbagai sudut pandang yang mendasarkan pada: persepsi, tujuan kelompok, organisasi kelompok, interdependensi, dan interaksi.
Berasarkan pada pengertian dari berbagai sudut pandang tersebut Abu Huraera dan Purwanto mengatakan dalam bukunya Dinamika Kelompok (2006:6) bahwa kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri paling tidak sebanyak dua atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam suatu aturan yang saling mempengaruhi pada setiap anggotanya. Dengan demikian pada kelompok akan dijumpai berbagai proses seperti persepsi, adanya kebutuhan pada setiap anggota, interaksi, dan sosialisasi. Proses-proses tersebut akan merupakan suatu yang dinamis, ketika terjadi interaksi antar anggota kelompok. Dengan demikian, kelompok terjadi karena adanya suatu sinegri kelompok yang diarahkan pada tujuan kelompok.
2.2.1. Bentuk-Bentuk Kelompok Sosial
Dalam bukunya Abu Huraerah dan Purwanto (2006: 9-12) mengemukakan ada beberapa jenis atau bentuk kelompok yang bisa ditemukan dalam berbagai literatur sosiologi maupun psikologi sosial.
Klasifikasi bentuk-bentuk kelompok ini didasarkan pada sudut pandang masing-masing ahli, seperti berikut ini:
Alasan petani untuk menanam bahan makanan terutama didasarkan atas kebutuhan makan untuk seluruh keluarga petani, sedangkan alasan menanam tanaman perdagangan didasarkan atas iklim, ada tidaknya modal, tujuan penggunaan hasil penjualan tanaman tersebut dan harapan harga.
2.2 Kajian Kelompok
Dalam pertanian tentunta banya peran dari berbagai institusi baik perorangan ataupun kelompok yang nantinya akan memberikan dampak positif bagi para petani serta menjadikan relasi para petani dengan kelompok-kelompok petani yang lain terjalin dengan sebaik mungkin. Akan tetapi ada berbagai sudut pandang menganai kelompok itu sendiri, dalam bukunya Abu Huraerah dan Purwanto (2006:3) menjelaskan bahwa terdapat banyak pandangan dan pendekatan mengenai pengertian kelompok itu sendiri dalam mengkonsepsikannya. Kemudian para ahli membahas dari sisi yang berbeda dari pengertian kelompok itu dengan berbagai sudut pandang yang mendasarkan pada: persepsi, tujuan kelompok, organisasi kelompok, interdependensi, dan interaksi.
Berasarkan pada pengertian dari berbagai sudut pandang tersebut Abu Huraera dan Purwanto mengatakan dalam bukunya Dinamika Kelompok (2006:6) bahwa kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri paling tidak sebanyak dua atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam suatu aturan yang saling mempengaruhi pada setiap anggotanya. Dengan demikian pada kelompok akan dijumpai berbagai proses seperti persepsi, adanya kebutuhan pada setiap anggota, interaksi, dan sosialisasi. Proses-proses tersebut akan merupakan suatu yang dinamis, ketika terjadi interaksi antar anggota kelompok. Dengan demikian, kelompok terjadi karena adanya suatu sinegri kelompok yang diarahkan pada tujuan kelompok.
2.2.1. Bentuk-Bentuk Kelompok Sosial
Dalam bukunya Abu Huraerah dan Purwanto (2006: 9-12) mengemukakan ada beberapa jenis atau bentuk kelompok yang bisa ditemukan dalam berbagai literatur sosiologi maupun psikologi sosial.
Klasifikasi bentuk-bentuk kelompok ini didasarkan pada sudut pandang masing-masing ahli, seperti berikut ini:
1) Kelompok
Primer (Primary Group) dan Kelompok Sekunder (Secondary Group)
Menurut Cooley, dalam Dinamika Sosial Abu Huraerah dan Purwanto bahwa Primary Group adalah kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal mengenal antara anggota-anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok besar yang terdiri banyak orang siapa hubungannya tak perlu didasarkan kenal-mengenal secara pribadi, dan sifatnya juga tak begitu langgeng, contoh: bangsa. Hubungan kontrak atau jual beli (Soekanto, 1986: 117-118).
Menurut Cooley, dalam Dinamika Sosial Abu Huraerah dan Purwanto bahwa Primary Group adalah kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal mengenal antara anggota-anggotanya serta kerjasama erat yang bersifat pribadi. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok besar yang terdiri banyak orang siapa hubungannya tak perlu didasarkan kenal-mengenal secara pribadi, dan sifatnya juga tak begitu langgeng, contoh: bangsa. Hubungan kontrak atau jual beli (Soekanto, 1986: 117-118).
2)
Gemienschaft dan Gesellschaft
Klasifikasi kelompok ini dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies yang menjelaskan tentang hubungan positif antara manusia selalu bersifat Gemienschaft atau Gesellschaft. Gemienschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Sebaliknya, Gesellschaft merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu fikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanissebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin.
Klasifikasi kelompok ini dikemukakan oleh Ferdinand Tonnies yang menjelaskan tentang hubungan positif antara manusia selalu bersifat Gemienschaft atau Gesellschaft. Gemienschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat kekal. Sebaliknya, Gesellschaft merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat sebagai suatu fikiran belaka (imaginary) serta strukturnya bersifat mekanissebagaimana dapat diumpamakan dengan sebuah mesin.
3) Formal
Group dan Informal Group
Formal group adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar anggota, misalnya peraturan untuk memilih ketua, pemungutan uang iuran, dan sebagainya (Soekanto, 1986: 122).
Sedangkan informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi pasti. Kelompok-kelompok tersebut terbentuk biasanya kerena pertamuan yang berulang kali menjadi dasar bagi bertamunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama (Soekanto, 1986: 122-123).
Formal group adalah kelompok-kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan dengan sengaja diciptakan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur hubungan antar anggota, misalnya peraturan untuk memilih ketua, pemungutan uang iuran, dan sebagainya (Soekanto, 1986: 122).
Sedangkan informal group tidak mempunyai struktur dan organisasi pasti. Kelompok-kelompok tersebut terbentuk biasanya kerena pertamuan yang berulang kali menjadi dasar bagi bertamunya kepentingan-kepentingan dan pengalaman-pengalaman yang sama (Soekanto, 1986: 122-123).
4)
Membership Group dan Reference Group
Membership Group adalah kelompok tempat seorang menjadi anggota. Sedangkan Reference Group kelompok tempat seorang mengidentifikasikan diri, menyetujui norma-normanya, tujuan, dan sikap individu didalamnya (Soekanto, 1986: 34).
Membership Group adalah kelompok tempat seorang menjadi anggota. Sedangkan Reference Group kelompok tempat seorang mengidentifikasikan diri, menyetujui norma-normanya, tujuan, dan sikap individu didalamnya (Soekanto, 1986: 34).
5) In-Group
dan Out-Group
In-Group adalah kelompok sosial yang mana individu mengidentifikasikan dirinya. Sedangkan Out-Group adalah individu yang menjadi lawan “In-Group”, yang sering duhubungkan dengan istilah “kami” atau “kita” dan “mereka” (Soekanto, 1986: 110).
2.2.2. Norma Dalam Kelompok
Setelah mengetahui tentang berbagai macam jenis kelompok yang sudah dipaparkan diatas, amaka ada baiknya jika kita juga mengatahui tentang bagaimana norma yang seharusnya tertanam dalam kelompok yang baik. Dalam buku Dinamika Kelompok yang ditulis oleh Abu Huraerah dan Purwanto (2006: 32) mengemukakan norma menurut Goldbreg dan Larson menjelaskan bahwa norma-norma mengatur tingkah laku kelompok. Norma itu terdiri dari gambaran tentang bagaimana seharusnya mereka bertingkah laku. Norma terbagi dalam pola-pola dan aspek-aspek yang dapat diperkirakan dari kegiatan maupun dari segi pandangan kelompok. Para anggota yang mempunyai norma “kejujuran” tinggi tentu akan bertingkah laku jujur terhadap satu dengan yang lain dan mereka akan bersikap “ramah” satu dengan yang lain, jika ini juga merupakan suatu norma kelompok (Soemiati dan Jusuf, 1985: 105).
2.3 Konsep Pemasaran
Pemasaran adalah Suatu kegiatan usaha/bisnis untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui pendistribusian suatu produk.
In-Group adalah kelompok sosial yang mana individu mengidentifikasikan dirinya. Sedangkan Out-Group adalah individu yang menjadi lawan “In-Group”, yang sering duhubungkan dengan istilah “kami” atau “kita” dan “mereka” (Soekanto, 1986: 110).
2.2.2. Norma Dalam Kelompok
Setelah mengetahui tentang berbagai macam jenis kelompok yang sudah dipaparkan diatas, amaka ada baiknya jika kita juga mengatahui tentang bagaimana norma yang seharusnya tertanam dalam kelompok yang baik. Dalam buku Dinamika Kelompok yang ditulis oleh Abu Huraerah dan Purwanto (2006: 32) mengemukakan norma menurut Goldbreg dan Larson menjelaskan bahwa norma-norma mengatur tingkah laku kelompok. Norma itu terdiri dari gambaran tentang bagaimana seharusnya mereka bertingkah laku. Norma terbagi dalam pola-pola dan aspek-aspek yang dapat diperkirakan dari kegiatan maupun dari segi pandangan kelompok. Para anggota yang mempunyai norma “kejujuran” tinggi tentu akan bertingkah laku jujur terhadap satu dengan yang lain dan mereka akan bersikap “ramah” satu dengan yang lain, jika ini juga merupakan suatu norma kelompok (Soemiati dan Jusuf, 1985: 105).
2.3 Konsep Pemasaran
Pemasaran adalah Suatu kegiatan usaha/bisnis untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen melalui pendistribusian suatu produk.
Beberapa
ahli memberikan bermacam-macam defenisi tentang pemasaran, antara lain:
Pemasaran Hasil Pertanian atau Tata niaga Pertanian merupakan serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang terjadi selama perjalanan komoditas hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer sampai ke tangan konsumen (FAO pada tahun 1958).
- Philip dan Duncan: Pemasaran meliputi semua langkah yang dipergunakan untuk menempatkan barang-barang nyata ketangan konsumen.
- W.J. Stanton: Pemasaran meliputi keseluruhan sistem yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha, yang bertujuan merencanakan, menentukan harga, hingga mempromosikan, dan mendistribusikan barang-barang atau jasa yang akan memuaskan kebutuhan pembeli, baik yang actual maupun yang potensial.
- P.H. Nyistrom: Pemasaran meliputi segala kegiatan mengenai penyaluran barang atau jasa dari tangan produsen ketangan konsumen.
- American Marketing Association: Pemasaran pelaksanaan kegiatan usaha niaga yang diarahkan pada arus aliran barang dan jasa dari produsen kekonsumen.
Pemasaran Hasil Pertanian atau Tata niaga Pertanian merupakan serangkaian kegiatan ekonomi berturut-turut yang terjadi selama perjalanan komoditas hasil-hasil pertanian mulai dari produsen primer sampai ke tangan konsumen (FAO pada tahun 1958).
Tinjauan
pustaka yang telah dilakukan dengan kata kunci petani pisang dan jaringan
ekonomi menunjukkan bahwa:
- Pernah dilakukan penelitian tentang petani pisang namun hanya beda tempat serta budaya.
- Dilihat dari kata kunci jaringan ekonomi petani pernah dilakukan penelitian namun yang diteliti tentang bawang dan juga beda tempat yaitu di Kabupaten Probolingo.
Penelitian
ini menggunakan kerangka teorinya Castell. Dimana wacana yang menghadirkan
suatu kemampuan untuk mendapatkan suatu keberhasilan dalam proses pemasaran
suatu komoditas adalah dengan memperbanyak jaringan baik lokal maupun
interlokal yang nantinya akan menjurus terhadap suatu jaringan ekonomi.
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian dilaksanakan di Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang. Karena
mengingat Lumajang adalah Kabupaten yang dijuluki kota pisang jadi peneliti
ingin menggali lebih dalam tentang masyarakat pertanian yang ada di Kabupaten
Lumajang terutama petani pisang. Penelitian lebih lanjut akan dilaksanakan
kurang lebih satu minggu sampai data yang diinginkan peneliti dapat terpenuhi
dengan sempurna. Observasi dan wawancara dilakukan selama penyusunan proposal
penelitian ini dilakukan dan diselesaikan sampai titik terpenuhinya data atau
informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
Hal serupa yang menjadi pilihan peneliti adalah karena letak Lumajang dengan Jember tidak terlalu jauh dan rute jalan yang ditempuh juga mudah sehingga peneliti masih juga melaksanakan aktivitas kuliah seperti biasanya.
3.2 Tipe dan Dasar Penelitian
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sudah dilakukan sejak awal. Proses pengumpulan data meliputi aktor (informan), aktivitas, latau, atau konteks terjadinya peristiwa. Sebagai “alat pengumpul data” (konsep human instument), peneliti harus pandai-pandai mengelola waktu yang dimiliki, menampilkan diri, dan bergaul di tengah-tengah masyarakat yang dijadikan subyek penelitiannya. Dan penelitian kualitatif bukan hanya sekedar terkait dengan kata-kata, tetapi sesungguhnya yang dimaksud dengan data dalam penelitian kualitatif adalah segala sesuatu yang dilihat, didengar, dan diamati.
Adapun proses pengambilan data kualitatif biasanya dilakukan dengan cara partisipant observation (pangamatan terlibat), yaitu dengan cara peneliti melibatkan diri dalam kegitan masyarakat yang ditelitinya, sejauh tidak mengganggu aktifitas keseharian masyarakat tersebut. Pengamat terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang yang bersangkutan dan tidak menyembunyikan diri. Harapan dilakukannya proses ini adalah peneliti dapat menemukan makna dibalik penelitian yang dilaksanakannya, baik tentang prilaku ucapan ataupun simbol-simbol yang ada di masyarakat (Idrus, 2009: 149).
Hal serupa yang menjadi pilihan peneliti adalah karena letak Lumajang dengan Jember tidak terlalu jauh dan rute jalan yang ditempuh juga mudah sehingga peneliti masih juga melaksanakan aktivitas kuliah seperti biasanya.
3.2 Tipe dan Dasar Penelitian
- Tipe Penelitian
- Penelitian ini menggunakan metode penenelitian kualitati deskriptif, di mana penelitian tersebut berusaha memberikan gambaran atau uraian yang bersifat deskriptif mengenai suatu kolektifitas objek yang diteliti secara sistematis dan aktual mengenai fakta-fakta yang ada.
- Dasar Penelitian
- Dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, yaitu dilakukan secara intensif dalam mendetael dan komprehensif terhadap objek penelitian guna menjawab permasalahan yang diteliti.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sudah dilakukan sejak awal. Proses pengumpulan data meliputi aktor (informan), aktivitas, latau, atau konteks terjadinya peristiwa. Sebagai “alat pengumpul data” (konsep human instument), peneliti harus pandai-pandai mengelola waktu yang dimiliki, menampilkan diri, dan bergaul di tengah-tengah masyarakat yang dijadikan subyek penelitiannya. Dan penelitian kualitatif bukan hanya sekedar terkait dengan kata-kata, tetapi sesungguhnya yang dimaksud dengan data dalam penelitian kualitatif adalah segala sesuatu yang dilihat, didengar, dan diamati.
Adapun proses pengambilan data kualitatif biasanya dilakukan dengan cara partisipant observation (pangamatan terlibat), yaitu dengan cara peneliti melibatkan diri dalam kegitan masyarakat yang ditelitinya, sejauh tidak mengganggu aktifitas keseharian masyarakat tersebut. Pengamat terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang yang bersangkutan dan tidak menyembunyikan diri. Harapan dilakukannya proses ini adalah peneliti dapat menemukan makna dibalik penelitian yang dilaksanakannya, baik tentang prilaku ucapan ataupun simbol-simbol yang ada di masyarakat (Idrus, 2009: 149).
Pada
pengumpulan data primer, peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data
antara lain:
1.
Observasi/ pengamatan
Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun nonpartisipatif. Maksudnya, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya selaku peneliti
Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun nonpartisipatif. Maksudnya, pengamatan terlibat merupakan jenis pengamatan yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan atau aktivitas yang bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak menutupi dirinya selaku peneliti
2. Wawancara
Wawancara yang dapat dilakukan meliputi wawancara tak berencana tak berfokus dan wawancara sambil lalu. Wawancara tak berfokus adalah pertanyaan yang diajukan secara tidak terstruktur, namun selalu berpusat pasa satu masalah tententu. Wawancara sambil lalu adalah wawancara yang tertuju kepada orang-orang terpilih tanpa melalui seleksi terlebih dahulu secara diteliti, tetapi dijumpai secara kebetulan (Koentjaraningrat, 1986; Danandjaja, 1988).
3.4 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif, di mana data yagn didapat dilapangan, diolah kemudian disajikan dalam bentuk tulisan, dan tabel frekuensi. Menyangkut analisis data kualitatif, menganjurkan tahapan-tahapan dalam menganalisis data kualitatif sebagai berikut:
Dari Buku
Dari Website
Susanti, Elsi. Pemasaran Hasil Pertanian. (2012). (Online) http://pertanianstppmedan.blogspot.com/2012/11/pemasaran-hasil-pertanian.html. Diakses: 18 Maret 2014.
Wawancara yang dapat dilakukan meliputi wawancara tak berencana tak berfokus dan wawancara sambil lalu. Wawancara tak berfokus adalah pertanyaan yang diajukan secara tidak terstruktur, namun selalu berpusat pasa satu masalah tententu. Wawancara sambil lalu adalah wawancara yang tertuju kepada orang-orang terpilih tanpa melalui seleksi terlebih dahulu secara diteliti, tetapi dijumpai secara kebetulan (Koentjaraningrat, 1986; Danandjaja, 1988).
3.4 Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif, di mana data yagn didapat dilapangan, diolah kemudian disajikan dalam bentuk tulisan, dan tabel frekuensi. Menyangkut analisis data kualitatif, menganjurkan tahapan-tahapan dalam menganalisis data kualitatif sebagai berikut:
- Reduksi data, yaitu menyaring data yang diperoleh dilapangan yang masih ditulis dalam bentuk uraian atau laporan terperinci, laporan tersebut direduksi, dirangkum, dipilih, difokuskan, pada bantuan program, disusun lebih sistematis, sehingga mudah dipahami.
- Penyajian data, yaitu usaha untuk menunjukkan sekumpulan data atau informasi, untuk melihat gambaran keseluruhan atau begian tertentu dari penelitian tersebut.
- Kesimpulan, merupakan proses untuk menjawab permasalahan dan tujuan sehingga ditentukan saran dan masukan untuk pemecahan masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Dari Buku
- Huraerah, abu dan Purwanto. (2006). Dinamika Kelompok: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama.
- Idrus, Muhammad. (2009). Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga.
- Mobyarto. (1989). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES
- Mosher, A.T . (1968). Menggerakkan Dan Membangun Pertanian. Jakarta: C.V Yasaguna.
- Soekanto, Soerjono. (1986). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
- Soemiati dan Gary R. Yusuf. (1985). Komunikasi Kelompok; Proses-proses Diskusi dan Penerapannya. Jakarta. UI-Press.
- Suharso, Pujo. (2002). Tanah Petani Politik Pedesaan. Solo: Pondok Edukasi.
Dari Website
Susanti, Elsi. Pemasaran Hasil Pertanian. (2012). (Online) http://pertanianstppmedan.blogspot.com/2012/11/pemasaran-hasil-pertanian.html. Diakses: 18 Maret 2014.
http://feryboys.blogspot.com/2014/03/contoh-proposal-penelitian-kualitatif.html