LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
Pendahuluan
Metode Penelitian dan Pengembangan
(Research and Development) adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
Menurut Sujadi (2003:164) Penelitian
dan Pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah
suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru, atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk
tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti
buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa
juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk
pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun
model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi,
manajemen, dll.
Menurut Sugiyono (2011:407) Metode
penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut.
Untuk dapat menghasilkan produk
tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk
menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas,
maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat longitudinal
(bertahap bisa multy years). Penelitian Hibah Bersaing, adalah penelitian yang
menghasilkan produk, sehingga metode yang digunakan adalah metode penelitian
dan pengembangan.
Langkah-langkah Penelitian
Pengembangan
Menurut Sugiyono (2011:408)
langkah-langkah pelaksanaan strategi penelitian dan pengembangan yang dilakukan
untuk menghasilkan produk tertentu dan untuk menguji keefektifan produk yang
dimaksud, adalah :
Potensi dan Masalah à Pengumpulan
dataà Desain Produk à Validasi Desain à Revisi Desain à Ujicoba Produk à Revisi
Produk à Ujicoba Pemakaian à Produksi Massal
Potensi dan masalah
Penelitian ini dapat berangkat dari
adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila
didayagunakan akan memiliki suatu nilai tambah pada
produk yang diteliti. Pemberdayaan
akan berakibat pada peningkatan mutu dan akan meningkatkan pendapatan atau
keuntungan dari produk yang diteliti. Masalah juga bisa dijadikan sebagai
potensi, apabila kita dapat mendayagunakannya. Sebagai contoh sampah dapat
dijadikan potensi jika kita dapat merubahnya sebagai sesuatu yang lebih
bermanfaat. Potensi dan masalah yang dikemukakan dalam penelitian harus
ditunjukkan dengan data empirik.
Masalah akan terjadi jika terdapat
penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Masalah ini dapat
diatasi melalui R&D dengan cara meneliti sehingga dapat ditemukan suatu
model, pola atau sistem penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan
untuk mengatasi masalah tersebut.
Mengumpulkan Informasi dan Studi
Literatur
Setelah potensi dan masalah dapat
ditunjukan secara faktual, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai
informasi dan studi literatur yang dapat digunakan sebagai bahan untuk
perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.
Studi ini ditujukan untuk menemukan
konsep-konsep atau landasan-landasan teoretis yang memperkuat suatu produk.
Produk pendidikan, terutama produk yang berbentuk model, program, sistem,
pendekatan, software dan sejenisnya memiliki dasar-dasar konsep atau
teori tertentu. Untuk menggali konsep-konsep atau teori-teori yang mendukung
suatu produk perlu dilakukan kajian literatur secara intensif. Melalui studi
literatur juga dikaji ruang lingkup suatu produk, keluasan penggunaan,
kondisi-kondisi pendukung agar produk dapat digunakan atau diimplementasikan
secara optimal, serta keunggulan dan keterbatasannya. Studi literatur juga
diperlukan untuk mengetahui langkah-langkah yang paling tepat dalam
pengembangan produk tersebut.
Produk yang dikembangkan dalam
pendidikan dapat berupa perangkat keras seperti alat bantu pembelajaran, buku,
modul atau paket belajar, dll., atau perangkat lunak seperti program-program
pendidikan dan pembelajaran, model-model pendidikan, kurikulum, implementasi,
evaluasi, instrumen pengukuran, dll. Beberapa kriteria yang harus
dipertimbangkan dalam memilih produk yang akan dikembangkan.
- Apakah produk yang akan dibuat penting untuk bidang pendidikan?
- Apakah produk yang akan dikembangkan memiliki nilai ilmu, keindahan dan kepraktisan?
- Apakah para pengembang memiliki pengetahuan, keterampilan dan pengalaman dalam mengembangkan produk ini?
- Dapatkah produk tersebut dikembangkan dalam jangka waktu yang tersedia?
Desain Produk
Produk yang dihasilkan dalam produk
penelitian research and development bermacam-macam. Sebagai contoh dalam bidang
tekhnologi, orientasi produk teknologi yang dapat dimafaatkan untuk kehidupan
manusia adalah produk yang berkualitas, hemat energi, menarik, harga murah,
bobot ringan, ergonomis, dan bermanfaat ganda. Desain produk harus diwujudkan
dalam gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk
menilai dan membuatnya serta memudahkan fihak lain untuk memulainya. Desain
sistem ini masih bersifat hipotetik karena efektivitasya belum terbukti, dan
akan dapat diketahui setelah melalui pengujian-pengujian.
Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses
kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk, dalam hal ini sistem kerja baru
secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak. Dikatakan secara
rasional, karena validasi disini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran
rasional, belum fakta lapangan.
Validasi produk dapat dilakukan
dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah
berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Setiap pakar
diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga selanjutnya dapat diketahui
kelemahan dan kekuatannya. Validasi desain dapat dilakukan dalam forum diskusi.
Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan proses penelitian sampai ditemukan desain
tersebut, berikut keunggulannya.
Perbaikan Desain
Setelah desain produk, divalidasi
melalui diskusi dengan pakar dan para ahli lainnya, maka akan dapat diketahui
kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya dicoba untuk dikurangi dengan cara
memperbaiki desain. Yang bertugas memperbaiki desain adalah peneliti yang mau
menghasilkan produk tersebut.
Uji coba Produk
Desain produk yang telah dibuat
tidak bisa langsung diuji coba dahulu. Tetapi harus dibuat terlebih dahulu,
menghasilkan produk, dan produk tersebut yang diujicoba. Pengujian dapat
dilakukan dengan ekperimen yaitu membandingkan efektivitas dan efesiensi sistem
kerja lama dengan yang baru.
Revisi Produk
Pengujian produk pada sampel yang
terbatas tersebut menunjukkan bahwa kinerja sistem kerja baru ternyata yang
lebih baik dari sistem lama. Perbedaan sangat signifikan, sehingga sistem kerja
baru tersebut dapat diberlakukan
Ujicoba Pemakaian
Setelah pengujian terhadap produk
berhasil, dan mungkin ada revisi yang tidak terlalu penting, maka selanjutnya
produk yang berupa sistem kerja baru tersebut diterapkan dalam kondisi nyata
untuk lingkup yang luas. Dalam operasinya sistem kerja baru tersebut, tetap
harus dinilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk perbaikan lebih
lanjut.
Revisi Produk
Revisi produk ini dilakukan, apabila
dalam perbaikan kondisi nyata terdapat kekurangan dan kelebihan. Dalam uji
pemakaian, sebaiknya pembuat produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja
produk dalam hal ini adalah sistem kerja.
Pembuatan Produk Masal
Pembuatan produk masal ini dilakukan
apabila produk yang telah diujicoba dinyatakan efektif dan layak untuk
diproduksi masal. Sebagai contoh pembuatan mesin untuk mengubah sampah menjadi
bahan yang bermanfaat, akan diproduksi masal apabila berdasarkan studi
kelayakan baik dari aspek teknologi, ekonomi dan ligkungan memenuhi. Jadi untuk
memproduksi pengusaha dan peneliti harus bekerja sama.
Tahap-tahap Penelitian dan
Pengembangan yang Dimodifikasi
Penelitian dan pengembangan yang
dimodifikasi dari sepuluh langkah penelitian dan pengembangan dari Borg dan
Gall. Secara garis besar dikembangkan oleh Sukmadinata dan kawan-kawan terdiri
atas tiga tahap, yaitu: 1) Studi Pendahuluan, 2) Pengembangan Model, dan ke 3)
Uji Model.
Studi Pendahuluan
Tahap pertama studi pendahuluan
merupakan tahap awal atau persiapan untuk pengembangan. Tahap ini terdiri atas
tiga langkah, pertama studi kepustakaan, kedua survai lapangan dan ketiga
penyusunan produk awal atau draf model (karena yang dikembangkan umumnya
berbentuk model).
Studi kepustakaan merupakan kajian
untuk mempelajari konsep-konsep atau teori-teori yang berkenaan dengan produk
atau model yang akan dikembangkan. Umpamanya untuk penyusunan model
pembelajaran bagi pengembangan kemampuan berkomunikasi anak SD kelas tinggi,
studi kepustakaan difokuskan mengkaji konsep dan teori-teori tentang
model-model pembelajaran bahasa, khususnya dalam pengembangan berkomunikasi.
Studi kepustakaan juga mengkaji perkembangan, karakteristik anak SD kelas
tinggi (kelas 5 dan 6) khususnya dalam kemampuan berkomunikasi. Selain dari itu
studi kepustakaan juga mengkaji hasil-hasil. penelitian terdahulu yang
berkenaan dengan pembelajaran bahasa dan berkomunikasi.
Draf model tersebut selanjutnya
direvisi dalam sebuah pertemuan yang dihadiri oleh para ahli dalam bidang
kurikulum dan pembelajaran, pendidikan bahasa Indonesia, dan beberapa guru SD
senior yang punya pengalaman dalam pembelajaran dan pelatihan bahasa Indonesia.
Berdasarkan masukan-masukan dari pertemuan reviu di atas, tim peneliti
mengadakan penyempurnaan draf model tersebut. Draf yang telah
disempurnakan, digandakan sesuai dengan kebutuhan.
Uji Coba Terbatas dan Uji Coba Lebih
Luas
Selesai kegiatan pada tahap pertama
Studi Pendahuluan, kegiatan dilanjutkan dengan tahap kedua, Uji Coba
Pengembangan Produk pendidikan (model pembelajaran komunikatif). Dalam tahap
ini ada dua langkah, langkah pertama melakukan uji coba terbatas dan langkah
kedua uji coba lebih lugas.
Penyusunan satpel. Sebelum uji coba dilaksanakan keenam guru yang mengajar di
kelas 5 dan 6 tersebut diundang untuk bersamasama menyusun satpel Bahasa
Indonesia dengan menggunakan pendekatan pembelajaran komunikatif. Kerangka
satpel mengikuti format yang berlaku di sekolah, tetapi segi-segi yang
dikembangkan dan langkah-langkah pembelajarannya mengikuti acuan dalam draf
model pembelajaran komunikatif.
Uji coba terbatas. Dalam pelaksanaan uji coba terbatas, guru-guru pelaksana uji
coba melaksanakan pembelajaran berdasarkan satpel yang mereka susun. Selama
kegiatan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan, mencatat hal-hal penting
yang dilakukan guru, baik hal-hal baik maupun kekurangan, kelemalian, kesalahan
dan penyimpangan yang dilakukan guru. Selain kegiatan guru, pengamatan dan
pencatatan juga dilakukan terhadap respon, aktivitas dan kemajuan-kemajuan yang
dicapai siswa. Selesai satu pertemuan, peneliti mengadakan diskusi dengan guru
membicarakan apa yang sudah berjalan, terutama kekurang/kelemahan dan
kesalahan/penyimpangan yang dilakukan.
Berdasarkan masukan-masukan tersebut
guru mengadakan perbaikan terhadap satpelnya atau mencatat beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran. Peneliti mengadakan
memberikan catatan penyempurnaan terhadap draf model pembelajaran yang
digunakan. Selesai pembelajaran satu satpel para peneliti mengadakan pertemuan
membicarakan temuantemuan dari uji coba. Berdasarkan temuan-temuan tersebut
peneliti mengadakan penyempurnaan terhadap model pembelajaran yang
dikembangkan. Kalau ada perubahan yang sangat berarti dalam draf model
pembelajaran tsb., maka peneliti memberi tahukan kepada guru pelaksana uji coba
agar dalam penyusunan satpel disesuikan dengan perubahan tersebut. Demikian
dilakukan dengan satpel atau pokok bahasan berikutnya. Setelah beberapa putaran
dilakukan dan masukan-masukan perbaikan satpel dan draf model pembelajaran
tidak ada lagi, maka kegiatan uji coba dihentikan. Selesai putaran uji coba
terbatas para peneliti mengadakan pertemuan untuk menibahas temuan-temuan dan
melakukan penyempurnaan terakhir sebelum uji coba lebih luas.
Uji coba lebih luas. Uji coba lebih luas dilakukan dengan sampel sekolah dan guru
yang lebih banyak, yaitu 6 sekolah dan 12 orang guru kelas 5 dan 6. Sekolah
yang diambil berbeda dengan uji coba terbatas. Penentuan sampel dilakukan
berdasarkan stratified-cluster random, yaitu diambil satu sekolah baik
di pusat kota dan satu di pinggiran kota, satu sekolah sedang di pusat dan satu
di pinggiran dan satu sekolah kurang di kota dan satu di pinggiran kota. Pada
masing-masing sekolah diambil dua orang guru, yaitu guru kelas 5 dan kelas 6,
sehingga jumlah guru pelaksana uji coba lebih luas ini berjumlah 12 orang.
Langkah kegiatan selanjutnya sama
dengan uji coba terbatas, dimulai dengan penyusunan satpel, pembelajaran pada
masingmasing kelas dengan pengamatan dari peneliti dan diskusi pelaksanaan
pembelajaran uji coba, kemudian penyempurnaan satpel. Kegiatan selanjutnya
penyempurnaan model pembelajaran oleh para peneliti dengan memperhatikan
masukan-masukan dari pelaksanaan pembelajaran. Pengamatan, diskusi dan
penyempurnaan dilakukan terus sampai dinilai tidak ada lagi kekurangan atau
kelemahan, sehingga uji coba dapat dihentikan. Para peneliti mengadakan
pertemuan penyempurnaan draf terakhir, dan setelah kegiatan ini draf sudah dinilai
final.
Uji Produk dan Sosialisasi
Hasil
Uji produk merupakan tahap pengujian
keampuhan dari produk yang dihasilkan. Dalam pelaksanaan pengujian digunakan
dua kelompok sampel, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Jumlah
kelompok eksperimen sebanyak kelompok uji coba lebih luas, dalam penelitian
kami berjumlah 12 guru atau 12 kelas dari 6 sekolah masing-masing satu sekolah
dari kategori baik di pusat kota, pinggiran kota, sekolah sedang di pusat dan
sekolah pinggiran kota dan sekolah kurang dari pusat kota dan pinggiran kota.
Kelompok kontrol jumlah dan kategorinya sama dengan kelompok eksperimen. Di
samping pertimbangan kategori dan lokasi pemilihan kelompok kontrol juga
didasarkan atas kesamaan statusnya sebagai SD inti atau imbas, latar belakang
dan pengalaman guru, sarana dan fasilitas pembelajaran yang dimiliki. Dengan
dasar-dasar pertimbangan pemilihan tersebut masingmasing pasangan kelompok
dinilai sama atau setara sehingga memenuhi syarat sebagai berpasangan atau matching.
Dengan gambaran kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol seperti di etas desain eksperimen yang digunakan termasuk “The
Matching Only Pretest-Posttest Control Group Design”.
Dalam pelaksanaan eksperimen guru
pada kelas-kelas kelompok eksperimen dalam pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran komunikatif sedang pada kelompok kontrol menggunakan pembelajaran
biasa. Pokok bahasan yang diajarkan, buku sumber dan alat bantu yang digunakan
relatif sama. Sebelum dirnulai pembelajaran diberikan pretest yang sama dan setelah
selesai seluruh pembelajaran pokok bahasan juga diberi post test yang sama.
Dalam kegiatan eksperimen tidak ada perbaikan model pembelajaran maupun satpel,
keduanya menggunakan model yang telah dikembangkan pada uji coba lebih luas.
Setelah selesai eksperimen dan
pemberian post tes, diadakan analisis statistik uji perbedaan. Uji perbedaan
yang dihitung adalah antara hasil pretest dengan posttest pada kelompok
eksperimen, dan pada kelompok kontrol, uji perbedaan pretest antara kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol, post test antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol, dan antara perolehan (gain) kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol. Produk yang dihasilkan disosialisasikan ke sekolah-sekolah
untuk diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono, 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Jakarta : Alfhabeta
Sujadi, 2003. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka cipta
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005.
Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosdakarya
Sukmadinata, Nana Sy. 2004.
Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya